Kudus, PecintaUlama.ID - Kementerian Agama (Kemenag) kembali menambah jumlah ma'had aly yang ada. Dengan ditandainya penyerahan SK dengan No 972 Tahun 2018, melalui Ditjen Pendidikan Islam Kemenag meresmikan Ma'had Aly Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) di Kudus, Jawa Tengah. Ma'had Aly ke-27 ini menyelenggarakan Program Studi Ilmu Falak.
"Sabtu kemarin, mewakili Bapak Dirjen, saya menyerahkan SK dengan No 972 Tahun 2018 Tentang Izin Pendirian Ma'had Aly Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus, dengan Prodi Ilmu Falak. Ma'had Aly ini merupakan yang ke-27," terang Zayadi, Ahad (08/04) seperti dilansir dari situs resmi Kemenag.
Penyerahan SK Izin Pendirian Ma'had Aly TBS ini bersamaan dengan Halaqah Falaqiyah dengan tema "Dalam Bingkai Merawat Tradisi Menebar Inovasi" yang dihadiri oleh para kiai dan ratusan santri dari berbagai Pondok Pesantren di Kabupaten Kudus, Sabtu (7/4). Para kiai yang hadir pada kesempatan itu, di antaranya KH Choirozyad TA, KH M Ulil Albab Arwani, KH Hasan Fauzi, dan KH M Arifin Fanani.
Sejumlah intelektual dan tokoh penting juga nampak hadir dalam acara yang dirangkai dengan Halaqah Falakiyah Nusantara tersebut. Mereka antara lain Prof Dr Abdul Djamil MA (mantan Dirjen Bimas Kemenag RI), Prof Dr Ahmad Rofiq MA (Direktur Pascasarjana UIN Walisongo), dan Dr Ahmad Izzuddin MAg (Ketua Asosiasi Dosen Falak Indonesia).
Nampak juga pada kesempatan itu, Drs Ahyani MSi (Kebid PD Pontren Kemenag Jateng yang mewakili kepala Kemenag Jateng Drs H Farhani SH MM), Drs Noor Badi MM (Kepala Kemenag Kabupaten Kudus), dan H Istajib (mantan anggota DPRD Jateng).
Dalam sambutannya usai menyerahkan SK, Zayadi menyampaikan, bahwa Ma'had Aly adalah layanan pendidikan tinggi keagamaan berbasis pesantren, sebagai respons atas berbagai perkembangan yang ada.
"Ma'had Aly TBS dengan Program Studi (Prodi) Ilmu Falak, ini adalah Ma'had Aly ke-27 di Indonesia," ujarnya di hadapan para kiai dan santri dari berbagai Pondok Pesantren (Ponpes) di Kabupaten Kudus itu.
"Ma'had Aly hanya boleh membuka satu Prodi atau takhashus. Karena memang posisi Ma'had Aly adalah menjadi pusat kajian. Ma'had Aly TBS ini akan berbeda dengan Falak yang ada di UIN/ IAIN, karena Ma'had Aly basisnya adalah kitab salaf," imbuh Zayadi.
TBS Kudus menurut Zayadi sangat tepat sebagai tempat pendirian Ma'had Aly Prodi Ilmu Falak. Sebab, dari TBS ini, telah lahir banyak tokoh Falak.
"Mbah Tur (KH Turaichan Adjhuri), dengan Almanak Menaranya, berasal dari TBS. Di TBS sini, diajarkan secara detail hal ikhwal Ilmu Falak," tutur Zayadi.
Prof Abdul Djamil menyampaikan, bahwa Prodi Ilmu Falak sangat tepat untuk Ma'had Aly TBS, melihat silsilah dan regenerasi kajian falak di Madrasah TBS. Salah satu ahli falak TBS yang masyhur adalah Mbah Tur (KH Turaichan Adjhuri-Red).
"Siapa yang tidak kenal dengan Mbah Tur? Setiap warga Nahdlatul Ulama (NU), pasti kenal Mbah Tur dengan Almanak Menaranya yang terkenal. Kalender Menara Kudus itu fenomenal karena jasa ilmu falak," paparnya.
Prof Rofiq mengapresiasi dan menyambut baik berdirinya Ma'had Aly TBS dengan Prodi Ilmu Falak. Ia berpesan, supaya Ma'had Aly TBS nantinya bisa menjalin kemitraan dan bersinergi dengan banyak pihak.
"Keberadaan Ma'had Aly TBS akan diakui masyarakat jika rajin menjalin kemitraan dan kerja sama. Selain itu, Ma'had Aly TBS mesti melakukan kajian-kajian kontemporer seiring dengan perkembangan teknologi yang ada," tuturnya.
Ketua Asosiasi Dosen Falak, Ahmad Izzudin menilai, tepat pembukaan Prodi Ilmu Falak bagi Mahad Aly TBS. "Di Pantura ini, kalender tidak diakui kalau tidak kalender (almanak) Menara Kudus," tegasnya.
Sebagaimana dipahami oleh masyarakat luas, Almanak Menara Kudus karya Mbah Tur (pakar falak madrasah TBS pada masanya). "Saatnya almanak Menara Kudus bangkit, apalagi ada Pak Sirril Wafa, pakar falak UIN Syarif Hidayatullah yang tak lain putra Mbah Tur dan alumni Madrasah TBS. Nantinya kajian falak di Ma'had Aly TBS harus berbasis observasi," ujarnya memotivasi. [PecintaUlama.ID]
0 Komentar