Malang, PecintaUlama.ID - Badan Intelejen Negara (BIN) mencatat sekitar 39 persen mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi terpapar paham radikalisme. Dari hasil penelitian, BIN memberikan perhatian khusus terhadap 3 kampus karena dianggap menjadi basis penyebaran paham radikal. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa 24 persen mahasiswa sepakat dengan jihad demi tegaknya negara Islam. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan karena mengancam keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Data yang ada tersebut akhirnya membuat intelektual muda Nahdlatul Ulama dan Muhamadiyah di Universitas Brawijaya tergerak untuk membuat sebuah kolaborasi gerakan. Wajah Islam moderat yang dalam hal ini diwakili oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah harus tampil di perguruan tinggi. Bersamaan dengan momen Daftar Ulang SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Mahasiswa Baru Universitas Brawijaya 2018, para mahasiswa Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di lingkungan Universitas Brawijaya bersatu dengan membuat gerakan bersama "Nahdlatul Ulama & Muhammadiyah Memanggil".
Mengusung tema "Milenial Berkarya, Milenial Berbudaya, Milenial Berkemajuan", mahasiswa Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah Universitas Brawijaya melakukan pembukaan stan bersama di depan Gedung Samantha Krida untuk menyambut mahasiswa baru hasil penjaringan SNMPTN.
Gerakan ini hadir untuk menyuarakan nilai-nilai toleransi, kebhinekaan, budaya yang baik, dan semangat nasionalisme. Gerakan ini diselenggarakan pada Selasa, (8/5) yang diikuti oleh komunitas gerakan mahasiswa afiliasi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah pada khususnya dan para mahasiswa Universitas Brawijaya pada umumnya.
Pembukaan stan bersama dilakukan mulai pagi hari hingga selesainya kegiatan daftar ulang SNMPTN bagi mahasiswa baru. Tampak stan dari kedua ormas digelar berdampingan, menunjukkan sinergitas gerakan dalam setiap ranah dakwah di lingkungan Universitas Brawijaya.
Mahasiswa Nahdlatul Ulama Universitas Brawijaya juga aktif membagikan brosur-brosur informasi mengenai organisasi Nahdlatul Ulama kepada publik. Tampak juga mahasiswa lain yang juga santri, tampak membagikan informasi pondok pesantren area Kota Malang untuk mahasiswa baru. Stan yang digelar juga melayani pendampingan mahasiswa baru, baik itu informasi akademik, jurusan/fakultas, maupun informasi lain yang dibutuhkan oleh mahasisaw baru Universitas Brawijaya.
Komunitas gerakan mahasiswa afiliasi Nahdlatul Ulama dari unsur KMNU, PKPT IPNU-IPPNU, PMII, MATAN, dan mahasiswa NU pada umumnya, hadir memeriahkan gerakan bersama yang familiar disebut dengan gerakan Sambut Maba NU-Muhammadiyah ini. Koordinator pelaksana dari Nahdlatul Ulama, M. Syafiq Afif Adani, menyebut bahwa gerakan ini adalah tindak lanjut dari sinergitas yang telah lebih dahulu dibangun oleh NU-Muhammadiyah di tingkat pusat.
"Beberapa waktu lalu, para orangtua kita di PBNU dan PP Muhammdiyah melakukan silaturrahmi untuk membahas persoalan kebangsaan. Mengapa tidak kita di wilayah mahasiswa melakukan kegiatan yang sama? Kita fasilitasi dengan membentuk gerakan bersama sebagai media silaturahmi," ungkap Syafiq, begitu sapaan akrabnya.
Koordinator pelaksana dari Muhammadiyah, Azhar Syahida, menyampaikan pernyataan yang senada bahwa gerakan ini sangat baik, sehingga ke depannya harus terus dijalankan secara berkelanjutan.
Perlu diketahui bersama bahwa Mahasiswa Nahdlatul Ulama Universitas Brawijaya adalah forum silaturahmi antarmahasiswa di lingkungan Universitas Brawijaya, baik yang ada di organisasi struktural NU maupun kultural. Banyak aktivitas ke-NU-an yang telah dilakukan di kampus, di antaranya adalah mengaji kitab kuning, diskusi Aswaja, sharing keilmuan dan prestasi mahasiswa, Majelis Ta'lim dan Shalawat, pembacaan Yasin dan Tahlil, dan program pendampingan intensif di bidang akademik maupun non-akademik.
Gerakan bersama antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah ini tidak lain adalah untuk membentengi mahasiswa baru di Perguruan Tinggi Negeri agar terhindar dari virus radikalisme dan terorisme, menyerukan wajah Islam yang ramah dan moderat, menyebarkan nilai-nilai toleransi dan semangat "Hubbul Wathon Minal Iman", serta lebih jauh lagi adalah membentuk generasi muda bangsa Indonesia menjadi milenial yang berkarya, berbudaya, dan berkemajuan. [M Ainurrofiqin/PecintaUlama.ID]
0 Komentar