Mengenang Tuan Guru Taqi, Pejuang NU dari Lombok
Praya, PecintaUlama.ID - Almarhum TGH Taqiuddin Mansyur adalah seorang ulama pekerja keras dan sangat jago mengkader murid-muridnya menjadi santri mandiri dan tidak cengeng.
Hal tersebut diungkapkan Drs H Marinah Hardi dan Dr Jumarim Umar Maye ketika memberikan testimoni di acara tahlilan, dzikir, dan doa mengenang 7 hari wafatnya TGH Taqiuddin Mansyur di Kantor PCNU Lombok Tengah, (15/10) kemarin.
Acara tahlil, dzikir, dan doa ini dihadiri oleh tokoh NU se-Lombok Tengah, Wakil Bupati Lombok Tengah H L Fathul Bahri, serta semua jajaran Banom dan Lembaga di bawah NU Lombok Tengah.
KH Taqiuddin Mansyur yang belakangan akrab disapa Abah Taqi semasa hidupnya dikenal memiliki pendirian kukuh dan memilih cara keras mendidik murid, santri dan yunior-yuniornya di NU maupun di lembaga lain seperti PMII dan RMI.
Salah seorang murid sekaligus Juniornya, Jumarim Umar Maye menceritakan, usai Mapada (jenjang pertama dalam tingkatan kaderisasi PMII -red) tahun 1995, ia diperintah langsung membuat acara Rapat Tahunan Rayon (RTR) PMII. Sebuah acara tahunan paling bergengsi kala itu di PMII. Tentu saja ia membutuhkan banyak dana untuk melaksanakan kegiatan ini.
"Saya tenteng proposal kesana-kemari, cari duit, beliau hanya menyebut nama-nama yang perlu saya temui, beliau tidak langsung kasi uang, kita disuruh ikhtiar dulu sampai titik darah penghabisan, kalo sudah kebucuk, baru beliau turun tangan," tutur Jumarim yang saat ini sudah menjadi salah seorang Dosen Utama di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram ini.
Abah Taqi juga dikenal pekerja keras, berkemauan kuat, loyal ke organisasi dan punya komitmen. Tak segan beliau memarahi yunior-yuniornya dengan cara yang tak biasa.
"Saya bersama beliau cukup lama di NU, secara usia saya memang terpaut dua tahun dengan beliau, jadi saya sering dimaki-maki kalo pekerjaan saya tidak beres, tapi itu cara beliau mendidik," Tutur Drs Marinah Hardi salah seorang sahabat seperjuangannya.
Marinah menuturkan, demi pekerjaannya, tak jarang Abah Taqi begadang semalaman bahkan lembur berhari-hari demi suksesnya sebuah kegiatan.
"Kadang kami malu sebagai yang lebih muda, kita yunior-yuniornya sudah ngorok semua, eh beliau masih ngetik bahkan sampai pagi," Tambah Marinah.
KH Taqiuddin Mansyur meninggal pada hari Rabu, (10/10) lalu. Hingga wafatnya, beliau tetap Istiqomah mengurus NU sampai akhir hayatnya. Semoga Allah memberikan tempat terbaiknya. Amin. (LTN NU Lombok Tengah/Admin)
0 Komentar