Pesantren Bisa Bertahan Sebab Hasilkan Orang Pintar dan Berakhlak
Rabithah Ma'ahid Islamiyyah (asosiasi pondok pesantren NU.red) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah (Jateng) menyelenggarakan kegiatan Naharul Ijtima' untuk yang pertama kalinya. Kegiatan yang menghadirkan Rais 'Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan bertempat di Masjid Agung Jawa Tengah ini terlaksana pada Kamis, (31/10).
Kegiatan ini dilakukan untuk menjadi media silaturahim ulama pesantren kultural dan struktural Nahdlatul Ulama (NU) guna mendapatkan informasi yang aktual mengenai perkembangan NU dan pesantren.
Menurut Rais Am PBNU, KH Miftachul Akhyar, pesantren mampu bertahan di saat darurat Aswaja pada saat ini karena model pendidikannya yang selalu menghasilkan orang pintar dan berakhlak.
"Pesantren bisa bertahan karena model pendidikannya mampu memproduksi orang pinter yang berakhlak atau bener. Di saat kita mengalami era darurat Ahlussunnah wal Jama'ah," ungkapnya.
Yang dimaksud dengan pinter dan bener adalah pesantren mampu melahirkan manusia intelek dan berakhlak. Pesantren asli merupakan peninggalan Walisongo. Sistem Pendidikan mengarusutamakan warisan salaf. Yaitu menjaga sifat mulia, unggah-ungguh dalam kehidupan, takdzim kepada guru dan hidup sederhana.
Nilai yang istimewa di tengah era pragmatisme dan transaksional yang menggerogoti sistem pendidikan lainnya. Hal ini tak mudah untuk memproduksi seorang santri, Belum lagi tugas melanjutkan perjuangan ulama.
Untuk itu, Pengasuh Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini menyitir tentang lima ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi SAW yang bisa dijadikan panduan. Yaitu kemampuan membaca tulisan, keadaan, peristiwa alam, sehingga santri pintar dalam berbagai bidang di dunia.
"Tapi jangan lupa untuk menyebut nama Tuhanmu (bismi rabbik), pengontrol dan pengendali kepintaran dan kecerdasan. Yang bisa seperti inilah pondok pesantren saja. Perlu adanya pendampingan dan kontrol," tambah Kiai Miftach.
Alumni Pesantren Tambak Beras ini, mengingatkan pentingnya pesantren juga sebagai penjaga kerukunan dan persatuan bangsa. Tugas sebagai penerus ulama yang menyiarkan agama dengan moderat. Pesantren nusantara harus terus menjadi lembaga pendidikan keislaman yang rahmatal lil alamin.
Pentingnya Undang Undang Pesantren (UUP)
Sementara itu Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh mengapresiasi lahirnya Undang Undang No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren (UUP). UUP merupakan usaha para kader NU di parlemen untuk mempertahankan eksistensi dan independensi pesantren. .Kita apresiasi usaha cerdas seluruh pihak dalam melahirkan UU ini. Hal ini semata-mata untuk mempertahankan eksistensi pesantren.Tentu saja pengawalan peraturan turunan dan pelaksanaanya setelah disahkannya UU ini harus terus dilakukan oleh berbagai pihak termasuk RMI sebagai lembaga di bawah NU yang membidani Pesantren, sehingga pesantren mampu mengambil manfaat dari UUP. RMI harus menjadi garda depan sosialisasi dan penyiapan Pesantren-pesantren NU pasca UUP.
Dalam hal pengawalan setelah disahkan pemerintah. Undang-Undang ini harus terus dikawal hingga pesantren mampu mengambil manfaat dari UUP. Selain itu, PWNU Jateng sedang menyusun tim untuk mengawal UUP ini.
Menurut KH Abu Choir yang merupakan sekretaris RMI PWNU Jateng, RMI Jateng telah siap dan mulai melakukan sosialisasi dan penyiapan pesantren pasca disahkannya UUP ke Pengurus Cabang NU dan pesantren.
"Permintaan sosialisasi UU Pesantren juga terus berdatangan dari pengurus RMI PCNU se-Jateng dan juga Pesantren," ujarnya.
Nantinya, RMI PWNU Jateng tak akan sendirian dalam menyelenggarakan Naharul Ijtima' ini ketika turun ke bawah. Kegiatan yang melibatkan warga Nahdliyin secara massal ini akan menggandeng lintas sektoral. Agar perjumpaan ini tak hanya terkait kepesantrenan saja. Ditambah kegiatan ini akan terselenggara juga di daerah.
"Nantinya akan ada kepanitian bersama antara RMI Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang. Hadirnya kegiatan ini, RMI PWNU berharap banyak ide-ide terobosan yang bisa ditangkap untuk bisa lebih memajukan pesantren secara umum," tutupnya.
0 Komentar