PecintaUlamaID - Kita sering mendengar kata taklid (taqlid) sewaktu bersama dengan masyarakat urban atau masyarakat perkotaan. Menurut KH Nuril Huda seperti yang dilansir dari NU Online, menurutnya bagi orang awam taklid atau mengikuti ulama mujtahid yang telah memahami agama secara mendalam hukumnya wajib, sebab tidak semua orang mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk mempelajari agama secara mendalam.
Berbagai hal yang sering kita jumpai adalah orang bertaklid dalam ilmu Fikih. Apakah dalam membaca Al-Qur'an, dalam hal ini kita juga harus bertaklid juga? Simak penjelasan dari Ustadz Ma'ruf Khozin, ketua Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur di bawah ini.
Tata cara Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam membaca Al-Qur'an diteorikan dalam ilmu Tajwid dan Qira'ah. Demikian halnya tata cara ibadah Rasulullah diteorikan dalam ilmu Fikih.
Kalau dalam ilmu Fikih, sebagian orang mati-matian tidak mau taklid pada ulama, karena sudah dianggap tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunah. Lalu bagaimana taklid Anda dalam bacaan Al-Qur'an? Sudahkah Anda berijtihad dengan merujuk langsung pada bacaan Rasulullah tanpa ulama?
Al-Qur'an yang kita baca saat ini bersumber dari riwayat Imam Hafsh dari gurunya 'Ashim (wafat di Kufah Iraq, 127 H). Beliau mengambil bacaan Al-Qur'an dari (1) Abu Abdirrahman Abdullah bin Habib bin Rabiah as-Sulami. (2) Abu Maryam Zur bin Hibaisy al-Asadi. (3) Amr Said bin Ilyas asy-Syaibani.
Ketiganya mengambil ilmu Qira'ah kepada Abdullah ibnu Mas'ud dan beliau dari dari Rasulullah.
Dalam ilmu Qira'ah ini ada 7 Imam ada juga 10 Imam Qira'ah. Sementara dalam fikih yang diikuti mayoritas umat Islam saat ini ada 4 Madzhab. Kalau 4 Madzhab Ahlisunnah digugat dan tidak mau taklid, mengapa diam 1000 bahasa taklid dalam ilmu Qira'ah?
Ustadz Ma'ruf Khozin
Ketua Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur
0 Komentar