Foto Kiai Djamal masa muda di makam Mbah Hamid Chasbullah | Dari kiri-kanan: KH. Imron Rosyadi Malik, KH. Fadhlulloh Malik, KH. Irfan Sholeh (Alm), KH. Djamalluddin Ahmad (Alm) - Foto: Istimewa |
PecintaUlamaID - KH Djamaluddin Ahmad (79) dini hari tadi (24/2/2022) wafat dan siang ini dimakamkan adalah salah satu kiai sepuh dari PP Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang.
Beliau dengan ribuan jamaah pengajian tarekatnya adalah kiai yang dalam pengamatan saya punya karisma dan marwah.
Kiai Djamal berasal dari desa Gondanglegi, Prambon, Nganjuk yang pada masa kecilnya ditempuh dengan penuh keprihatinan sehingga kesehariannya dan juga saat mondok sering dilalui dengan riyadlah-prihatin. Sudah biasa saat mondok, karena siangnya puasa ataupun tidak makan karena tidak ada yang dimakan, maka pada jam 12 malam, beliau mencari sisa-sisa (gresek) intip nasi yang masih tersisa di kendil masak santri lain.
Dengan lelakon inilah beliau menjadi tokoh yang disegani baik oleh ulama lain maupun umara'.
Pada masa kecil beliau, di malam hari sehabis mengaji kadang diajak teman-temannya yang sudah dewasa melihat wayang kulit. Karena diilhami dari menonton wayang inilah beliau punya hasrat untuk belajar di pesantren. Kebetulan pada malam itu lakonnya adalah Raden Abimanyu yang berguru pada eyangnya, Begawan Abiyoso. Raden Abimanyu seperti santri, dan Begawan Abiyoso seperti kiai yang memakai serban yang selalu membawa tongkat dan selalu diikuti oleh seorang cantrik. Wayang punya makna bagi santri.
Dalam buku Sejarah Tambakberas dijelaskan, Kiai Djamal adalah santri yang diperintah oleh Mbah Kiai Wahab Chasbullah untuk membacakan manaqib atas lambang pondok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas hasil kreasi santri senior yang baru selesai disetujui oleh Mbah Kiai Wahab. Walhasil, beliau adalah pribadi yang secara spiritual dipercaya Mbah Kiai Wahab.
Masih dari buku Tambakberas, Kiai Djamal pernah didatangi Mbah Kiai Hamid Chasbullah yang saat itu sudah wafat.
Kiai Djamal berkata kepada Gus Syifa', "Sekitar tahun 80-an, saya i'tikaf di masjid Bahrul Ulum. Tiba-tiba antara sadar dan tidur didatangi sosok berjubah sambil berkata, “Aku Mbah Hamid... haji... haji... haji”
Kiai Djamal menambahkan, "Kepala saya dipakaikan kopyah haji oleh Mbah Hamid. Seperti itu selama tiga hari berturut-turut. Apalagi hari yang ketiga yang mendatangi saya Kiai Malik, ayah Anda. Trus saya cerita ke istri saya, Neng Chur, Dik, aku akan ibadah haji... malah saya diketawain. Mau haji pakai uang apa Bah. Lha vespa saja masih kredit...?
Saat itu secara lahir tidak mungkin Kiai Djamal berhaji, tapi ternyata setahun kemudian beliau berangkat haji.
Untuk kiai yang telah banyak memberikan informasi untuk buku Tambakberas dan untuk buku doa Masyayikh yang sedang kami susun, Lahul Fatihah, bagi beliau surgaNya.
***
Diceritakan oleh Kiai Ainur Rofiq Al Amin
0 Komentar